Dalam sebuah surat kepada Fr. Trenkenschuh tanggal 14 Juni1975, Uskup Sowada menulis, “Saya mempertimbangkan agar museum bergabung dengan bantuan Asia Foundation’s untuk perpustakaan, dan percetakan sebagai masukan terbesar untuk pengembangan dan bantuan kepada orang Asmat dalam beberapa tahun terakhir. Saya berharap untuk kesuksesan yang berkelanjutan meskipun mahal (bukan untuk kami) ini pasti untuk kesejahteraan Orang Asmat. Pengakuan dan rasa terima kasih harus saya berikan kepada Pater Trenk untuk ini.
Seperti yang dibayangkan oleh Pater Trenkenschuh, tujuan utama museum ini adalah untuk menjaga agar orang Asmat tidak kehilangan rasa identitas dan kontak dengan sejarah mereka sendiri. Rencananya juga akan menjadi pusat pendidikan, dengan cerita, slide show, film, dan rekaman kaset dari berbagai daerah di Asmat. Pater Trenkenschuh lah yang tidak hanya menyusun idenya tetapi juga menjadi kekuatan pendorong di balik pendanaan museum dan proyeknya.
Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat dibangun dan dimiliki oleh Keuskupan Agats-Asmat. Museum ini resmi dibuka pada 11 Agustus 1973.
Museum Asmat mungkin unik. Sebagian besar museum dibangun di kota-kota besar, jauh dari berbagai sumber koleksinya. Pajangan artefak seperti yang berasal dari Asmat biasanya provokatif dan informatif, tetapi tentu saja ada di dunia yang benar-benar asing dan oleh karena itu ruang lingkupnya terbatas. Buehler dalam Art of the South Seas menulis, “Dengan sedikit pengecualian, tidak mungkin lagi mempelajari seni Laut Selatan secara in situ”.
Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat secara tegas dibuat dan dirancang sebagai tempat di mana orang Asmat dapat melihat masa lalu dan masa kini mereka sendiri.
John Ohoiwirin sudah bekerja sebagai Asisten Kurator di Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat sejak 2004. Kemudian menjadi Kurator dan Direktur Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat pada tahun 2023.
John banyak mendokumentasikan dan meniliti adat dan istiadat suku Asmat.
Contact: +6282310694614
johnohoiwirin@asmatmuseum.org