ASMAT MUSEUM OF CULTURE AND PROGRESS

Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat adalah rumah sekaligus tempat belajar bagi siapa saja yang ingin mempelajari tentang Budaya dan juga kesenian Suku Asmat. Kami memiliki lebih dari 2000 koleksi yang berasal dari seluruh pelosok Asmat. 

Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat yang didirikan pada tahun 1973 atas usaha Keuskupan Agats sedang memasuki sebuah fase baru. Melalui website ini kami berharap mampu memperkenalkan budaya Asmat serta koleksi Museum ini ke seluruh dunia.

Namun yang terpenting adalah di masa modern ini bagaimana generasi muda Asmat dapat terhubung dengan sejarah dan kebudayaanya yang sebagian tersimpan dan tercatat di dalam musuem ini.

Koleksi paling awal yang ada di museum berasal dari para Misionaris Hati Kudus (MSC), sedangkan yang telah mengumpulkan sejak 1959 dan terus mengoleksi adalah Para Misionaris Ordo Salib Suci (OSC).

Selain itu sebagian banyak juga berasal dari Dr. Gunter Konrad bersama Ursula Konrad ketika melakukan ekspedisi Heidelberg pertama ke Brazza pada tahun 1971. Koleksi lainnya dikumpulkan oleh Bruder Mark, Uskup Alphonse Sowada, dan Pater Trenkenschuh, serta yang dikumpulkan sendiri oleh Tobias Schneebaum, kurator pertama Musuem Asmat.

 

KOLEKSI MUSEUM
Mari berkenalan dengan koleksi Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat.

Cannibalism in Papua

Based on various existing literature, especially from the reports of missionaries and government officials during the Dutch administration in Papua, such as in the book “The Netherlands in Irian Jaya” Amtenar in Turbulent Times, 1945 – 1962, edited by Pim Schoorl and the book “Eenige Maanden Onder – De Papoea’s Door” by H.Lorentz, 1905 and several other books, which contain information about the life of tribes in Papua, before modern religion and government come to Papua, there is also information about headhunting and cannibalism. Specifically about war, in the past there were almost frequent wars between groups of people in Papua, which were caused by various factors including revenge, control of an area and traditional religion.

Read More »
Tidak ada komentar

Wanita Asmat dan Seni

Dalam penelitiannya terhadap wanita-wanita dari masyarakat pra aksara, para ahli antropologi wanita, yakni Camilla Wedgwood, Hilde Thurnwald, Phyllis Kabery, Mary Reay, Catherine Berndt dan di kemudian hari Margaret Mead serta Brigitta Hauser-Schaublin, mengadakan pengamatan penting dan sah untuk ilmu etnologi. Mereka mengamati bahwa dalam kajian penelitiannya yang dahulu, selain beberapa perkecualian yang jarang ada, hanya ada sekitar separuh dari anggota paguyuban itu yang dikenal, karena data budayanya diperoleh dari kaum pria oleh ahli etnologi pria.

Read More »
Tidak ada komentar
Museum Hours:
Monday - Saturday: 9 a.m. - 2 p.m.
Sunday & Holliday: Closed
error: Content is protected !!